Mencegah Virus Plagiaris


Mahasiswa sekarang lebih suka nongkrong dan menghabiskan waktu di warnet ketimbang mencari buku referensi ketika dosen memberikan tugas kuliah. Dari yang saya amati ketika ada dosen yang memberikan tugas berupa pembuatan makalah atau tugas-tugas lain, awalnya mahasiswa menuju perpustakaan, namun jika dirasa materi tugas tak ditemukan di perpustakaan, jalan terakhirnya adalah ke warnet dan melakukan kegiatan plagiat. Yakni, penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat dari orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan dan pendapatnya sendiri.

Ini berbeda dengan perilaku mahasiswa dulu yang mengandalkan perpustakaan sebagai sumber referensi utama, sehingga perilaku plagiat tak semudah copy paste naskah di internet. Perkembangan teknologi berdampak pada perilaku manusia. Sebenarnya perilaku semacam itu wajar, namun ketika terjadi suatu penyimpangan dari pemanfaatan teknologi, itulah yang menjadi masalah dan harus segera ditanggulangi. Tugas kuliah yang seharusnya menjadi proses pembelajaran bagi mahasiswa sering dianggap beban, sehingga muncul ingin lewat jalan pintas guna mengurangi beban tersebut.
Faktor lain yang menjadi pendorong terjadinya plagiat akibat budaya instan dan lunturnya semangat kerja keras. Perilaku plagiat mewabah dan berinfeksi dalam masyarakat Indonesia, karena mahasiswa tak ingin dibebani dengan tugas makalah maupun skripsi, tetapi diserahkan ke pihak lain untuk mengerjakannya.
Perilaku ini agaknya kurang mendapat perhatian para pendidik, padahal mulai dari anak sekolah sampai mahasiswa, banyak sekali yang melakukan kegiatan aksi jiplak ini. Umumnya mahasiswa melakukan aksinya dengan mencari judul yang sesuai dengan materi tugas yang diberikan dosen, lalu dengan bermodalkan judul tersebut mahasiswa mencarinya di internet. Hal ini selain dapat mematikan kreativitas mahasiswa juga berdampak pada kualitas mental mahasiswa yang bersangkutan.
Jika sikap ini dibiasakan dan dianggap sebagai perbuatan wajar, apalagi dibiarkan dengan berbagai alasan, akan menjadi budaya buruk yang tidak mendidik, baik mendidik diri sendiri maupun orang lain. Kebiasaan ini akan menumpulkan daya pikir dan kreativitas mahasiswa. Sementara bagi orang lain, akan menimbulkan anggapan bahwa hal tersebut merupakan kewajaran, yang pada akhirnya akan berakibat adanya peniruan berulang terhadap kebiasaan plagiat oleh generasi mendatang.
Perlu pengawasan ketat pendidik guna mengurangi jumlah pelaku pelagiat. Salah satunya dengan semakin aktifnya dosen mencari informasi di internet terkait materi yang diampu si dosen. Selain itu perlu adanya sistem pendidikan yang dapat mengembangkan keaktifan mahasiswanya secara langsung. Salah satunya adalah praktik langsung terkait pelajaran yang disampaikan dosen.
Seperti yang dilakukan staf pengajar jurnalistik program studi komunikasi penyiaran Islam jurusan Dakwah di STAIN Jember. Mahasiswa diberi materi sekadarnya lalu dilanjutkan dengan praktik lapangan. Bisa dengan cara hunting berita maupun praktik wawancara yang tentunya lebih menyenangkan dan tidak kaku seperti kuliah di ruangan. Sebenarnya mahasiswa butuh praktik, tidak hanya duduk diam dan mendengarkan dosen berbicara, perlu adanya stimulus yang mampu menggerakan dan dapat dipraktikkan, sehingga praktik plagiaris ini tidak lagi menjadi jalan pintas alternatif bagi mahasiswa.

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

  • Mencegah Virus Plagiaris Mahasiswa sekarang lebih suka nongkrong dan menghabiskan waktu di warnet ketimbang mencari buku referensi ketika dosen memberikan tugas kul… Read More...

0 Response to "Mencegah Virus Plagiaris"

Posting Komentar

Silahkan berkomentar, saran dan kritik sangat saya butuhkan..oleh sebab itu saya memberi kemudahan dalam kolom komentar ini untuk siapapun tanpa harus verifikasi kata.